PENDAHULUAN
Istilah Internet, e-commerce, dan dotcom hampir setiap hari kita baca di media cetak,
kita dengar lewat media elektronik (radio dan TV), dan seminar serta lokakarya di
berbagai tempat banyak menyinggung ketiga istilah tersebut. Investor dan pialang bursa
efek banyak memperbincangkan saham-saham perusahaan dotcom. Media cetak
menyediakan kolom khusus untuk e-commerce. Bahkan banyak ditemui majalah dan
tabloid yang khusus membahas teknologi Internet, sarana pendukungnya (PC, modem,
Web design/authoring tools, Internet Service Providers, dsb.), serta peluang-peluang
bisnis yang memanfaatkan Internet.
Negroponte, profesor teknologi media pada Massachussets Institute of Technology,
dalam bukunya Being Digital menyebut masa kini sebagai era ekonomi digital, yang
menggantikan ekonomi atom. Dalam ekonomi masa lalu (ekonomi atom) harga suatu
barang menjadi tinggi, bila barang tersebut langka (scarcity), sedangkan pada ekonomi
digital harga suatu informasi menjadi tinggi bila informasi tersebut banyak (abundance).
Internet telah merubah cara kita berbisnis, cara kita belajar/mengajar, dan cara kita hidup.
Mahasiswa dan dosen rajin mengakses bahan-bahan kuliah yang dikoleksi oleh University
of
Mereka menjadi mahir memanfaatkan sarana pencarian informasi di Internet (searching engines)
seperti yahoo, altavista, lycos, hotbot,
dsb. Mahasiswa dan dosen berkomunikasi via Internet menggunakan sarana e-mail.
Bahkan banyak dosen membuat mailing list untuk kuliah yang ia asuh. Pebisnis
menangkap peluang menangguk untung melalui sarana Internet: Internet banking,
Internet mall, Information portals, dsb. Bahkan sesuatu kegiatan yang nampaknya nirlaba
di Internet dapat merupakan kegiatan yang mendatangkan untung. Misalnya, information
portal untuk keagamaan yang menyediakan free Web hosting bagi lembaga-lembaga
keagamaan. Nampaknya portal rugi karena harus menyediakan infrastruktur (hard disk),
tetapi ia untung dari segi koleksi informasi, tingginya hit counter (cacah pengunjung/pengakses),
serta dari iklan (karena pengiklan hanya akan memasang iklan di
homepage yang hit counternya tinggi).
TAKSONOMI E-COMMERCE
Sebenarnya e-commerce tidak harus berlangsung di Internet. E-commerce didefinisikan
sebagai pelaksanaan bisnis dengan bantuan teknologi informasi dan teknologi
komunikasi. Dikenal pula istilah I-commerce, yakni aktivitas komersial yang terkait
dengan penggunaan Internet. Oleh karena itu e-commerce lebih luas cakupannya, dan
mau tidak mau perusahaan pada akhirnya akan memanfaatkan Internet dalam bisnisnya.
Bisnis yang memanfaatkan Internet dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis:
1. Transplanted Real-World Business Models
yakni aktivitas bisnis yang secara
alamiah berlangsung di dunia nyata dan telah ditransplantasikan ke Internet. Sebagai
contoh adalah :
a. mail-order model
: pembeli membeli barang dengan mengisi formulir,
mengirimkannya via pos, dan mentransfer uang via bank. Kemudian ia menerima
barang yang dikirm via pos. Contoh toko buku Internet www.amazon.com
b. advertising-based model
:penyelenggara menyediakan layanan/informasi gratis
bagi pengunjung. Dana pelaksanaan kegiatan diperoleh dari iklan. Contoh search
engine www.yahoo.com.
c. subcription model
: pengguna jasa memperoleh informasi dengan cara
mendaftar/membayar sebagai pelanggan. Contoh
(www.aol.com)
d. free-trial model
: penyelenggara menyediakan produk/layanan/informasi gratis
bagi pengunjung tetapi dalam versi percobaan (belum versi lengkap). Bila
pengunjung tertarik setelah mencoba, ia akan membeli produk/layanan/informasi.
e. direct marketing model
: Penyedia produk/layanan/informasi sering
memberikan secara membabibuta
disebut spam, yakni e-mail yang disebar ke user yang kira-kira akan tertarik. Spam
termasuk tidak sejalan dengan etika ber-Internet.
f. incentive scheme model : penyedia produk/layanan/informasi merangsang
orang untuk membeli dengan iming-iming hadiah. Ketika membeli, pembeli
diminta mengisi form isian berkaitan dengan misalnya penghasilan, umur, dsb.
Data ini kemudian dipakai untuk segmentasi konsumen. Versi Internetnya adalah
Web-based market research.
g. real-estate model
: Seperti perusahaan real-estate menjual rumah, menguruskan
sertifikat tanah, IMB, dsb., versi Internetnya adalah Web hosting, domain names,
e-mail addresses, dsb. Di Internet ada www.jazi.com yang masih kosong dan
bukan milik penulis. Dulu pemiliknya tentunya membeli domain ini dengan harga
murah (mungkin US $100). Bila penulis ingin memperoleh domain www.jazi.com
harus membeli dari pemiliknya, mungkin dengan harga puluhan ribu
h. business to business
: transaksi antara korporat
i. kombinasi
: tipe-tipe bisnis di atas dapat berlangsung dalam bentuk kombinasi.
2.Native Internet Business Models
: yakni aktivitas bisnis yang muncul karena
adanya Internet. Misalnya
a. library model
: perpustakaan mensyaratkan kita menjadi anggota dengan
membayar uang pendaftaran dan memperoleh kartu anggota perpustakaan.
Ketika meminjam buku, anggota tidak membayar, kecuali bila terlambat
mengembalikan. Pada dasarkan Internet menyediakan informasi gratis.
b. freeware model
: baynak software yang dapat didownload secara dratis misalnya
Netscape, Apache Web Server, Linux, GNU, perl, majordomo, serta patches untuk
software-software misalnya Microsoft. Patch berarti tisik mengambil analogi
pakaian yang terkoyak perlu ditisik supaya tidak nampak. Demikian pula software
yang ada bug-nya perlu ditisik (patched).
c. infromation barter model
: pertukaran infromasi antar individu dan/atau
oragnisasi
d. digital product and digital delivery model
: digital delivary tidak perlu
melewati petugas customs, tidak memerlukan biaya transportasi yang besar, serta
tidak kena cekal.
e. access provision model
f. Web site hosting and other Internet services
AMANKAH BERBISNIS DI INTERNET?
Secara konvensional, pembeli membayar barang yang dibelinya dari penjual dengan
berbagai cara. Di antaranya adalah : cash (kontan), cheque, credit card, debit card, direct
debit, interbank transfer, credit transfer (giro), dsb.
Pembayaran dengan cash hanya cocok untuk transaksi yang nilainya kecil, dan tidak
praktis untuk nilai yang besar, kedua pihak harus bertemu, anonim, tidak dapat diaudit,
pembayaran terjamin, tetapi biayanya dapat mahal (misalnya bila satu pihak di Yogya dan
pihak lain di London, bertemu di
Pembayaran dengan cheque relatif aman, tetapi pihak pembayar harus mempunyai
rekening bank, ada resiko penerima mendapati cheque kosong, dan proses clearing bisa
memakan waktu.
Pembayaran dengan giro mengharuskan kedua belah pihak memiliki rekening bank, bank
pembayar memverifikasi ketersediaan dana pada rekeing pembayar, mendebitnya dan
kemudian mentransfernya ke rekening pihak terbayar, dan perlu ada proses clearing.
Pembayaran dengan kartu bank menyangkut tiga institusi: bank pemberi kartu, bank
penerima, dan pihak toko/penjual. Pembeli yang pemegang kartu bank dari bank
pemberi kartu mengisi dan menandatangani Sales Voucher dan memberikan pada
penjual. Penjual dapat mengambil dana dari bank penerima setelah ada proses clearing
antara bank pemberi dan bank penerima.
Metoda pembayaran dipengaruhi oleh : besarnya transaksi, jarak fisik antara penjual dan
pembeli, waktu pembayaran relatif terhadap waktu pembelian (pay in advance, pay now,
pay later), dan tradisi/kultur.
E-commerce mensyaratkan dikembangkannya sarana pembayaran elektronik dengan
tujuan peningkatan pembayaran jarak jauh via Internet, penurunan biaya, peningkatan
efisiensi dan mengurangi ketidaknyamanan metoda pembayaran konvensional.
Munculnya bisnis-bisnis baru di Internet juga memunculkan kebutuhan metoda baru
dalam pembayaran.
Pembayaran elektronik dapat dilakukan dengan bank card, dan electronic cheque yang
mempersyaratkan adanya rekening, selain itu ada metoda dematerialised money dan
micropayment.
Keamanan transaksi menuntu adanya autentikasi, integritas, otorisasi, konfidensialitas,
dan reliabilitas pembayaran. Selain itu juga harus dijamin anonimitas pembayar, transaksi
tidak dapat dilacak, konfidensialitas data pembayaran, non-repudiasi pesan pembayaran,
dan kesegaran pesan pembayaran. Untuk menjamin keamanan dapat dipakai berbagai
metoda seperti : symmetric encryption, message digest, hash function, pauthentication
protocol, public key encryption, digital signature, public key certificate, pseudonym, time
stamp, smart card, secure hardware token, dsb.
resiko keamanan data yang rendah pada transaksi off-line (resiko keamanan data yang
tinggi pada transaksi on-line), rendahnya biaya komunikasi pada transaksi on-line (
tingginya biaya komunikasi pada transaksi off-line), dan tingginya traceablity pada
transaksi on-line (rendahnya traceability pada transaksi off-line) untuk memperoleh suatu
sistem e-commerce yang secure.
Beberapa sarana pembayaran on-line yang sudah berkembang adalah:
1. mail order/ telephone order pada Internet
: metoda pembayaran standar dapat
dikembangkan di Internet dengan cara mengirimkan nomor kartu kredit pada saluran
insecure. Resiko cukup besar terutama besarnya kemungkinan hacker memonitor
traffic di Internet untuk mengetahui nomor kartu kredit. Namun demikian
popularitas metoda ini mengindikasikan bahwa manfaatnya masih melebihi resiko
kecurangan yang mungkin.
2.First Virtual
: dikembangkan oleh First Virtual Holdings Inc. tahun 1994 dan
dimaksudkan untuk pembayaran bernilai rendah dan untuk layanan virtual saja. FV
tidak menggunakan teknik crypto dan tidak memerlukan software khusus. Konsumen
mengirim detail kartu kredit dan alamat e-mail ke FV, kemudian FV memberikan
password yang dinamakan Virtual PIN, via telepon. VirtualPIN inilah yang digunakan
di Internet. FV berhenti beroperasi 1998
3.SSL (Secure Socket Layer)
: Dikembangkan oleh Netscape 1994 untuk aplikasi
www. Ini bukan suatu protokol pembayaran, tetapi saat ini digunakan terutama untuk
pembayaran kartu kredit di Internet. Komunikasi antara pembeli dan penjual
diekripsikan, dan penjual diautentikasikan. Deatil kartu kredit diproteksi pada jalur
komunikasi tetapi dapat terbaca oleh penjual.
4.iKP
: protokol iKP ini dikembangkan oleh IBM Research Labs. iKP didasarkan pada
public key cryptography dan dikenal ada 1KP, 2KP, dan 3KP berdasarkan banyaknya
pihak yang memiliki kunci publik. 3KP adalah pendahulu SET. 1KP memiliki
kelemahan tidak ada bukti asal atau integritas pesan baik dari penjual maupun
pembeli, serta tidak ada link eksplisit antara delivery dengan financial settlement.
5.CyberCash
: Dikembangkan Agustus 1994. Pada 1996 ada 500.000 salinan "dompet"
dalam sirkulasi (dipakai oleh CompuServe dan America On Line). CyberCash dipakai
untuk membeli barang di Internet. Cybercash memenfaatkan software "dompet"
khusus dan mengutip 2% komisi dari setiap transaksi
6. SET (Secure Electronic Transac ions)
: Komsumen memperoleh kunci tanda
tangan dari pemberi kartu. Software khusus yang berjalan pada client
mengenkripsikan dan menandatangani nomor kartu kredit dan besarnya transaksi
serta mengirimkannya ke penjual. Penjual memforwardkannya ke pemilik kartu yang
memproses transaksi melalui sistem kartu kredit dan memberikan otorisasi pada
penjual. SET mempunyai keuntungan sertifikasi penjual dan pembeli dan bahwa
nomor kartu kredit tidak diketahui oleh penjual.
7. Mondex, ElectronicCheque, NetCheque, NetBill, NetCash
adalah berbagai
metoda yang dikembangkan yang tidak mungkin dibahas dalam makalah ini satu
persatu.
PERGURUAN TINGGI KOMPUTER MENYONGSONG ERA E-
COMMERCE
Perguruan tinggi komputer di
mengirim para dosen untuk belajar ilmu komputer ke luar negeri pada awal 1986 (penulis
termasuk salah seorang yang memanfaatkan dana New S-1 Computer Science yang ketika
itu dikelola oleh UI). Kini ada dua PTN yang memiliki Fakultas Ilmu Komputer (UI dan
ITS), dua PTN yang masih beetahan dengan pola struktur program studi Ilmu Komputer
di bawah Fakultas MIPA (UGM, IPB -- sebentar lagi barangkali UGM dan IPB juga akan
membentuk fakultas Ilmu Komputer), dan satu PTN dengan pola Teknik Informatika
(ITB). Program studi Ilmu Komputer/ Teknik informatika merupakan salah satu
program studi yang paling diminati dari sisi ratio penerimaan (sebagai contoh Ilmu
Komputer UGM dalm UMPTN 2000 mempunyai peminat sekitar 2600 sedangkan daya
tampung hanya 40 orang (1:65).
PTS bahkan memulainya lebih dahulu, dikarenakan mungkin hambatan birokrasi pada
institusi negeri. PTS, seperti halnya STIMIK AKI, justru memiliki fleksibilitas dalam
pengembangan muatan-muatan lokal yang mendukung kompetensi lulusan di bidang e-
commerce. Namun demikian STIMIK AKI tidak sendirian. Hampir tiap PTS membuka
program studi Teknik Informatika/Ilmu Komputer. Dengan sendirinya persaingan di
pasar kerja juga menjadi makin ketat, sekalipun lapangan kerja sarjana ilmu komputer
sangat luas, dan akan semakin banyak di masa-masa mendatang. Ini nampak dari iklan
lapangan kerja di media
Untuk dapat memasuki lapangan kerja, sarjana ilmu komputer (S.Kom) perlu memiliki
kompetensi di antaranya
1. Web design, dan Web-based programming
2. Teknologi client/server, paling tidak menguasai salah satu bahasa pendukungnya
misalnya Java, Visual Basic,
3. Teknologi Internet dari segi sistem dan infrastrukturnya
4. Sistem operasi di luar Windows, di antaranya adalah Linux.
5. Teknologi Multimedia dari pengetahuan tentang pernik-pernik berbagai format file
hingga multimedia authoring (misalnya dengan Macromedia Director, 3D Studi Max,
dsb.)
6. Ketrampilan berbahasa asing, paling tidak bahasa Inggris.
7. Pengetahuan aspek-aspek bisnis dan kewirausahaan.
Harus kita sadari bahwa pendidikan ilmu komputer merupakan pendidikan yang mahal.
Teknologi komputer berkembang sangat cepat. Komputer yang kita beli sekarang akan
menjadi usang dalam 6 bulan ke depan. Kita tidak bisa membuang uang percuma, untuk
kemudian hanya menghasilkan sarjana ilmu komputer yang tidak mampu berkompetisi di
pasar kerja. Untuk menghasilkan seorang sarjana ilmu komputer yang kompeten
diperlukan dana tidak kurang dari 40 juta rupiah.
KESIMPULAN
Teknologi Internet, e-commerce, dan dotcom merupakan peluang bagi sarjana ilmu
komputer. Di sisi lain ia adalah tantangan bagi kita semua. Tetapi di sini kita tidak punya
pilihan, mau tidak mau kita harus menjawab tantangan ini, agar survive di era teknologi
informasi
Oleh
Dr. Jazi Eko Istiyanto, M.Sc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar